Menyapa bahagia (Part 3-Tamat) | Cerpenku

"Shodaqollohul 'adziim.."
Suara ramai kami mengkhiri Ngaji subuh pagi ini..

Aku bangkit dari dudukku bersama para santri lainnya untuk menuju asrama kami masing-masing..
Berjalan berjejer dengan saiful yang sesekali mengingat bacaan qur'an ngaji tadi..
"Semangat banget kamu ful" Ucap ku menghentikan bacaannya..
"Hehe.. Aku kan semangat terus mar.. Emangnya kamu, Dikit-dikit lemes.." ngejek saiful di ikuti tawa kecil kami berdua..
"Se-enggaknya masih kuat untuk berangkat ngaji kan ful" Tertawa lebar kami..

"Katanya mau ngopi lagi mar, "
Tanya saiful menghentikan tawa kami..

"Ayook.. dibelakang asrama ya. Sambil berjemur.. nanti kan pas anget-angetnya matahari tuh." Ketusku.

"Oke.. ide bagus.. " jawab saiful mengakhiri perbincangan kekamar kami..

Sampai dikamar langsung saja kuletakan Qur'anku. Berganti pakaian..
Meraih kopi fajar tadi.. dan mengambil makanan ringan yang biasanya sengaja kusiapkan malamnya untuk pagi, atau ketika malem ingin ngemil..

"Mar.. ayok" tegur saiful dari luar kamar..
"Oh iya ayo. ." Keluar dari kamar, "nih tak bawain kripik juga, buat rame-rame.. hehe"
menuju belakang asrama bersama, sambil membawa segelas kopi dan seplastik makanan ringan..
.
Duduk teras dibelakang yang kadang rame kadang sepi.. kuletakan gelas kopiku..

"Ful.. Tadi pagi aku bertemu kyai" Ketusku membuka obrolan.
"Biasanya aku juga ketemu kok mar" jawab saiful menganggap biasa saja..

"Tapi enggak ful, kali ini Beda.." jawabku mulai memberi penjelasan..
"Beda gimana? Kan emang tiap abis jamaah kyai keliling." Tanya Saiful yang masih belum faham.. sambil mulai menyruput kopi dan membuka bungkus makanan ringan..

"Iya sih. Tapi tadi kyai kasih pesen ke aku.."

"Pesen apa?" Saiful mulai penasaran dilanjut suara kriuk memakan keripik. .
"Kata beliau. Jangan hanya karena kebetulan, tapi Di istiqomahin ya nak.. begitu.." jawabku yang masih kebingungan...

Saiful asyik makan diam sejenak.

"Berarti kyai tau kalok kamu tadi bangun pagi" jawab saiful yang mungkin mengira-ngira sambil menunjukku dengan keripiknya..
"Ah. Masa iya.. " tanggapku masih ragu-ragu.

Aku berpikir sejenak.. dengan menyeruput kopi..

"Kyai bener, kamu harus belajar istiqomah, bangun awal bukan karena kebetulan atau kedinginan.." saiful bergumam..

Sambil berfikir.. Ku kerutkan dahi, karena matahari sudah mulai hangat menjemur tubuh kami..

"Iya ya ful.. kyai bener, aku selama ini jarang bangun awal. Biasanya kalok dingin malah sering telat bangun"

"Kyai tidak salah berpesan padamu, kamu mungkin sudah saatnya belajar istiqomah. Karena tanpa istiqomah kamu sulit untuk menemukan bahagia" cetus saiful yang asyik makan keripik..

"Baru kali ini aku diberi pesen kyai, mungkin ini jadi semangatku untuk menjadi disiplin dan istiqomah.. " Jawabku Sambil Kusruput lagi kopiku..

"Kyai pasti selalu mendoakan baik untuk santri-santrinya, kamu harus berusaha mar, Akupun masih tetep berusaha untuk istiqomah, Karena istiqomah itu berat mar, Lebih berat dibanding ninggalin kopi. Dan ada perjuangan lagi setelah istiqomah nanti.. seperti yang kukatakan fajar tadi" gumam saiful serius..

"Apa itu?" Tanyaku penasaran.

"Yaa..  bertemu Allah.. itu derajat tertinggi mar, dan sangat berat. Harus diawali dengan istiqomah dulu" saiful menjelaskan..

"Kamu bener ful, Tapi mungkin tak seberat yang aku bayangkan.. selagi kita masih mau berusaha sungguh-sungguh menjalankannya kan..? " Aku yang mulai berkesimpulan..

"Sipp. Bener.. aku seneng kamu mulai semangat.. Jangan takut, ada kyai yang selalu mendukung kita dengan cara yang sering kita tidak tau." Saiful menyemangatiku. .

Aku diam sejenak.. sambil menikmati panas matahari yang sudah mulai panas..

"Terimakasih ful, Kamu bukan hanya teman baikku. Tapi sekaligus motivatorku.." ucapku berterimakasih

"Ah.. jangan gitu.. aku ini juga sama kayak kamu mar.." jawab Saiful merendah..

"Iya. Aku tau kok.. kamu masih santri,  belum jadi kyai" jawabku memecah tawa..

"Mar, udah panas, masuk yok.. aku juga ada agenda ini" ajak saiful yang kepanasan..

"Pasti mau dhuha-an  ya.. hehe. . Ayo.  Aku ikutlah.. " jawabku yang ikut berdiri sambil mengangkat gelas kopi yang sisa sedikit..


"Hehe.. tau aja" Saiful menggandeng pundakku sambil berjalan  menuju kedalam asrama.. diiringi tawa kami..

Akhirnya pun pagiku kali ini bahagia, ditemani kopi yang setia dan teman yang sekaligus memotivasiku.. dan juga kyai yang berpesan kepadaku agar beristiqomah..

Tentu ini membahagiakan. Sekaligus membuka pintu baru agar aku mencapai sebuah derajat yang sepantasnya menuju Allah. Karena sebuah kedudukan untuk bisa bertemu Allah adalah dimulai dengan istiqomah. Mengistiqomahkan syariat-syariat dan amaliyah yang baik.. Dan pasti harus melalui guru untuk mencapai itu.
akupun meyakini bahwa seorang kyai atau guru selalu mendukung muridnya untuk menjadi lebih baik.

Tamat.

Comments

Popular posts from this blog

Risalah Hidayah

Jemuran yang Tak Pernah kering

Pengertian mufrod mabni