Jemuran yang Tak Pernah kering





Namaku citra. Panggil saja junong, santri mungil asal jakarta. Panggilanku begitu populer di pondok putri jangan tanya kenapa, selain karena kejunongan yang ku miliki faktor lain dari itu adalah karena namaku seringkali di sebut di speaker ketika malam jum’at dan malam ahad , sering di sebut di speaker itu karena aku hobi ta’ziran, entah satu atau dua kali dalam seminggu pasti ada aja  absen ngaji yang kosong. Itu semua karena hobiku, Iya hobiku, hobi yang mungkin jarang di miliki orang lain. Hobiku adalah tidur, dan kalau udah aku tidur teman sekamar mau triak sekencang apapun aku tak mendengarnya sama sekali, mereka selalu merasa lelah jika membangunkanku . Tapi ada satu cara ampuh yang bisa membangunkanku yaitu dengan guyuran air. Selain hobi tidur, aku juga hobi membaca dan menyanyi, Yah walaupun orang – orang yang mendengar suaraku selalu berkomentar negative karena kemerduan suara yang ku miiki tapi aku tak pernah peduli hal itu.
Berlarian sepulang sekolah untuk mengangkat jemuran bagiku hal yang biasa, keringat bercampur gerimis yang membasahi tubuh bagiku juga sudah biasa apalagi di musim hujan seperti ini. Bagiku jemuran kering itu penting, akan berakibat fatal jika ia basah dalam waktu yang lama, hal itu akan mengganggu kenyamanan tidurku. Bukan hanya bagiku tapi juga teman – temanku, pernah suatu minggu di mana sekolah libur , aku dengan hobi tidurku mengisi beberapa senggang waktu yang kosong seketika itu hujan deras tiba – tiba turun, seketika itu pula aku terbangun dan berlari menyelamatkan jemuranku hmm entahlah, aku yang sulit di bangunkan tapi dengar hujan dengan cepatnya terbangun. Sungguh the power of  jemuran,.
Sudah Beberapa hari ini aku melihat sebuah gamis ungu tergantung di jemuran , entah sudah beberapa kali aku melihatnya, awalnya sih aku cuek – cuek aja, tapi karena gamis itu berada persis di samping jemuranku dan masih tetap di situ setiap kali aku menjemur hatiku jadi bertanya – tanya , siapakah pemilik gamis itu . Padahal kondisinya masih bagus, dan masih terlihat baru . Dengan hiasan pita di bawahnya menjadikan gamis itu terlihat cantik. Tapi sayang, entah siapa pemiliknya hingga berhari – hari gamis itu kering basah lalu kering kemudian basah lagi karena tidak di angkat.
Rasa penasaranku mulai terjawab saat salah seorang temanku , (feby ) bercerita tentang sahabatnya yang bernama diana dia tiba – tiba pulang dan belum kembali ke pondok lagi sampai sekarang, mungkin sudah 2 minggu ini dia belum kembali. Mungkinkah gamis itu miliknya ? Akupun tak tahu persis.
Konon ceritanya diana adalah seorang anak dari pedagang kaya di desanya, namun kehidupan dalam keluarganya berantakan . Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain, Hal ini membuat ibunya stress dan kabur dari rumah, diana pun tinggal dengan neneknya di luar kota . Saat menduduki bangku SMP diana mulai masuk ke pondok pesantren higga menduduki bangku SMA saat ini.
Mendengar hal itu, aku merasa kasihan dengannya walaupun aku sama sekali tidak mengenalnya, ingin rasanya aku selamatkan jemuran itu, tapi aku takut kalau kalau ternyata itu bukan milik diana. Hari demi hari berlalu, gamis itu masih tetap pada tempatnya. Warnanya semakin pudar, bahkan pita cantik yang menghiasinya mulai terlhiat titik titik hitam. Hmm sayang sekali sebenarnya,
Hari itu sepulang sekolah aku memberanikan diri untuk mengangkat gamis ungu itu kemudian mencucinya  kembali , entah mengapa aku begitu yakin bahwa gamis itu milik diana yang saat ini sedang pulang . Untunglah gamis itu masih bisa terselamatkan , walaupun tak secantik sebelumnya. Setelah kering akupun menyimpannya di dalam lemari.

“ Inalillahi wa inalillahi roji’un...

Terdengar ada berita duka yang di umumkan di kantor putri, namun aku tidak tahu persis siapa yang meninggal karena saat itu aku ada di tempat wudhu, setelah selesai wudhu aku bergegas menuju ke kamar dan menanyakan siapakah gerangan yang meninggal.

 “ kirana tadi ada berita duka ya,? Siapa yang meninggal ?
“ Duh.. siapa ya, kalau ngga salah itu si yana.. yang kamarnya di pojok sana itu lho..

“ Yana, yana siapa ?

“ Diana cit yang meninggal ( celetuk rita dari pojok lemari )
“ hah, diana ?? meninggal kenapa ( tanyaku panik )
“ katanya sih Kecelakaan waktu mau ketempat ibunya ,

Mendengar hal itu tubuhku lemas lunglai, takut dan entah harus gimana. Teringat ada gamis ungu itu di lemari, “ inalillahi wa inalillahi roji’un... aku menghela nafas pelan seraya duduk untuk menenangkan diri.
Malam itu selepas berita meninggalnya diana, suasana tampak begitu mencekam bagiku, bahkan terasa sangat sepi dari biasanya. Malam menjelang tidur aku merasakan hal yang tidak enak, aku teringat gamis ungu yang tersimpan di lemari. Aduh... kenapa aku begitu penakut, sekujur tubuhku mendadak dingin, bahkan aku tidak bisa tidur. Bolak balik aku pindah posisi tidur tetap saja tidak tidur, bahkan aku membaca berbagai macam doa yang ku hafal tetap saja tidak tidur. Ketakutanku semakin memuncak saat aku mendengar suara gaduh dari dalam lemariku, di tambah suara tangis di pojok lemari ohh sungguh.. Dengan segenap ketakutan yang ada aku terus mencoba untuk menutup mata, dan entah jam berapa aku terlelap .
Hari sudah pagi , mataku terbuka dengan berjuta kenyamanan akhirnya aku terlepas dari rasa takut yang mencekam itu. Seusai pulang sekolah aku bergegas menuju lemari dan mengambil gamis warna ungu itu, aku berniat untuk mengembalikannya kejemuran. Ketika hendak manruhnya kembali, tiba tiba putri menghampiriku,

“ Gamis siapa itu ?
“ Gamisnya diana , ituloh yang kemarin meninggal. Kemarin –kemarin aku mencoba menyelamtkan jemurannya, eh malah dia udah pergi duluan dan semalaman aku ga bisa tidur karena teringat dirinya dan gamisnya ini ( jawabku melas )
“ Hah.. masa sih, coba sini liat ( Putri pun mengambil gamis itu dan melihatnya keseluruhan )
Aku heran melihatnya, ku rasa putri menyukai gamis itu.
“ Ya allah junongg..... ternyata ini gamisku yang sedang aku cari cari, udah 2 minggu lebih hilang aku lupa menaruhnya, makasih banget ya junong.. ini gamis masih baru , gamis di beliin ayah di jojga  ( katanya penuh dengan kegirangan )
“ Hahh... jadi itu gamismu put..

“ iya ini gamisku, sungguh..

Akupun menarik nafas pelan dan menghembuskannya perlahan, 

“ haduh.. lalu suara semalam itu apa ?

“ Haha, semalam itu suara tikus dan suara tangis itu adalah suara kucing yang bekerjaran di atap sana, tadi malam aku juga sempet panik dan takut setelah aku cek sama feby ternyata itu kucing hehe “
Melihat putri mengatakan hal itu, akupun bernafas lega.. ufhh ternyata itu hanya ketakutanku saja, dan ternayat gamis yang tak pernah kering itu milik sahabatku sendiri yang lalai menaruhnya.
Alhamdulilah , dari kejadian ini aku dapat mengambil pelajaran , agar senantiasa berkhusnudzon .



---------------------------TAMAT--------------------------------

Comments

Popular posts from this blog

Risalah Hidayah

Pengertian mufrod mabni